Kegunaan Filsafat

A. Pendahuluan

Dalam sejarah ilmu pengetahuan telah ditengkan pada mulanya hanya ada satu ilmu pengetahuan yaitu filsafat. Kedudukan filsafat pada waktu itu sebagai induk dari ilmu pengetahuan mother of science, namun didalam perkembanganya masing-masing ilmu memisahkan diri dari filsafat. Sebagai induk ilmu pengetahuan maka filsafat akan menjadi sebagai dasar, perangka serta pemersatu, karena setiap cabang ilmu pengetahuan apabila ia sampai pada masalah-masalah yang fundamental mau tidak mau akan kembali kepada filsafat.

Dari sini maka orang bertanya-tanya apakah sebenarnya kegunaan filsafat itu?. Ada yang memandang filsafat sebagi sumber segala kebenaran yang mengharapkan dari filsafat kebahagiaan yang tulen dan jawaban atas segala pertanyaan-pertanyaan hidup, tetapi ada pula yang menganggap filsafat tidak lain dari pada “obrolan belaka” yang sama sekali tidak ada gunanya bagi kehidupan sehari-hari. Yang meragu-ragukan kebanyakan orang ialah: Banyaknya pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, pendapat-pendapat dan aliran-aliran yang sering bertentangan satu sama lain. Dari urain di atas artikel ini mencoba menjawab apa sebetunya kegunaan filsafat itu.


B. Kajian Jurnal Terdahulu

Menurut’ surajio (Al’aras, 2008:7) pada umumnya dapat dikatakan bahwa dengan belajar filsafat semakin menjadikan orang mampu untuk menangani berbagai pertanyaan mendasar manusia yang tidak terletak dalam wewenang metodis ilmu-ilmu khusus. Jadi filsafat membantu untuk mendalami berbagai pertanyaan asasi manusia tentang makna realitas dan lingkup tanggung jawabnya. Kemampuan itu dipelajarinya dari dua jalur yakni secara sistematis dan historis.

Rene Descartes mengemukakan “Cogito Ergo Sum” (Karena berpikir maka saya ada) tokoh ini yang menyangsikan segala-galanya, tetapi dalam serba sangsi itu ada satu hal yang pasti, ialah bahwa aku bersangsi dan bersangsi berarti berpikir, karena berpikir maka aku ada. Itulah landasan dari filsafatnya. Berfilsafat berarti berpangkalan kepada sesuatu kebenaran yang Fundamental atau pengalaman yang asasi. Dr.Oemar A. Hoesin mengatakan “filsafat itu memberikan kepuasan kepada keinginan menusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran. Alfred North Whitehead yang berpendapat bahwa filsafat itu adalah keinsyafan dan pandangan jauh kedepan dan suatu kesadaran akan hidup pendeknya, kesadaran akan kepentingan yang memberi semangat seluruh usaha peradaban. (khofifi,2009)


C. Pembahasan

Secara teoritis, kalau dibandingkan antara filasafat dengan ilmu-ilmu lain, maka nyata sekali perbedaannya. Ilmu-ilmu lain membatasi yang diperiksaanya dan dipikirkanya pada suatu bagian dari alam, atau pada suatu kumpulan paristiwa, filsafat menyelidiki dan memikirkan seluruh alam. Plato mengatakan, bahwa filsafat itu tak lain dari pada pengetahuan tentang segala yang ada. Menurut’ aristoteles kewajiban filsafat itu ialah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Berhubungan dengan sifatya sebagai ilmu yang seumum-umumnya itulah, maka Leibnis membandingkan filsafat itu dengan akar suatu pohon, sedangkan dahan pohon-pohon itu terjadi dari ilmu-ilmu lain satu persatu. Fichte maju selangkah lagi dan memberi kepada filsafat nama Wissenschaftslehre, yaitu ilmu dari pada ilmu-ilmu. Maksudnya filsafat itu ialah ilmu yang umum, yang menjadi dasar segala ilmu yang lain. Pada Herbart kewajiban filsafat itu ialah mengerjakan pengertian yang dipakai oleh ilmu-ilmu yang lain. Dekat sekali dengan paham Herbart ini ialah paham Paul Natorp yang menganggap filsafat itu Grungwissenschaft, yaitu ilmu dasar, yang hendak menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan jalan menunjukkan dasar akhir yang sama, yang memikul sekaliannya.

Kalau diperhatikan batas-batas pengertian filasafat yang dikemukakan di atas, nyata sekali, bahwa yang menjadi soal yang terpenting bagi filsafat itu ialah bagimana mencocokan hasil-hasil yang diperoleh berbagi ilmu-ilmu itu. Terhadap kepada kebenaran yang dikemukakan oleh ilmu-ilmu itu satu persatu, filsafat hendak mengemukakan kebenaran yang melingkungi sekalian kebenaran-kebenaran itu, atau dengan pendek kebenaran yang terkhir dan sempurna.

Filsafat sebagai ilmu, sebagai teori seperti yang diuraikan ini; memberi kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran, tetapi disini telah teranglah arti filsafat itu lebih luas dari pada memberi kepuasan teori saja. Hasil dari pada usaha manusia dengan sungguh-sungguh memikirkan seluruh kenyataan tentu berpengaruh atas hidupnya. Maka tampak kepada kita, bahwa filsafat yang bersifat teori itu dengan sendirinya bermuara pada kemauan dan perbuatan manusia yang praktis. Sesungguhnya sejak dari semula selain dari pada aliran-aliran filsafat yang semata-mata hendak mencari kebenaran yang terakhir yang melingkungi dan menjadi dasar segala kebenaran itu, terdapat aliran-aliran filsafat yang menghendaki tuntunan atau pegangan untuk kemauan dan perbuatan manusia. Filsuf-filsuf golongan itu tidak puas dengan kebenaran saja, mereka menghendaki tutunan, pimpinan dalam hidupnya. Dalam penjelmaan yang banyak, yang manakah yang baik, yang manakah yang buruk. Apa yang harus dikerjakan manusia dalam hidupnya. Nyata sekali bahwa golongan yang kedua ini kewajiban filsafat itu tidaklah terutama membari kepuasan teori, tetapi memenuhi sesuatu yang praktis. Dengan filsafat mereka hendak mendapat pemandangan tentang seluk-beluk dunia dan hidup dan pedoman didalamnya. Sementara itu kalau di timbang benar-benar pertentangan antara kedua golongan aliran itu tidaklah begitu besar, dan dapat dianggap sebagai perbedaan aksen saja. Hal itu sebanarnya sudah diletakkan dalam sifat jiwa manusia, yang didalamnya mengandung baik pikiran maupun kemampuan. Pikiran memberi manusia pengetahuan yang dapat dipakainya sebagi pedoman dalam perbuatannya, sedangkan kemauanlah yang menjadi dorongan perbuatan manusia. Kalau dipahami benar-benar arti pikiran bagi kemauan dan perbuatan baik kemauan dan perbuatan manusia seorang maupun kemauan dan perbuatan segolongan menusia, dapat menginsafkan dengan sesungguhnya kepentingan filsafat, yaitu arti dan guna manusia dengan insaf memikirkan segala sesuatu didalam dan diluar dirinya. Bagi manusia seorang berfilsafat itu berarti mengatur hidupnya seinsaf-insafnya, sesentral-sentralnya dengan perasaan tanggungjawab.

Bagi suatu masyarakat atau bangsa filsafat itu tak kurang pentingnya, sebab yang menjadi inti, sari atau jiwa suatu kebudayaan pada suatu tempat dan masa itu tidaklah lain dari pada pikiran –pikiran ahli pikir bangsa itu pada tempat dan masa itu. Dalam tiap-tiap zaman filsafatlah dalam arti yang seluas-luasnya yang menetapkan, apa yang dikehendaki, apa yang dicita-citakan suatu masyarakat, apa yang baik dan yang buruk, apa yang beharga dan tak berharga. Pengetahuan dunia, kebahagiaan manusia, kebaikan dan keadilan tidaklah lagi dinantikan dari tenaga-tenaga yang gaib, tetapi dari pikiran dan perbuatan manusia sendiri, dan filsafat tidak lain daripada ilmu yang mencari kebenaran itu, agar dapat dipakai oleh manusia untuk kebahagiaan hidupnya.

Filsafat mengajarkan kita hidup dengan lebih sadar dan insaf, memberikan pandangan tentang manusia tentang hidupnya dalam menerobos sampai intisarinya, sehingga kita akan lebih tegas dalam melihat baik keunggulannya, kebesaranya maupun kelemahanya dan keterbatasanya. Dengan ini dapat kita peroleh perhatian bagi sifat kepribadian yang menyendirikan setiap orang, dan hati kita terbuka buat “rahasia” yang menjelma dalam setiap perseorangan dan akhirnya berarti hati kita terbuka bagi sumber segala rahasia ialah Tuhan (soetiono,hanafie,2007:110).

Menilik kepada pentingnya kedudukan filsafat sebagai pusat, sebagai intisari dari pikiran suatu bangsa, yang terjelma dari penghidupan masyarakat dan kebudayaan, telah selayaknya orang menjadi pemimpin dalam pekerjaan pembangunan negara indonesia yang sedang kita bentuk bersama-sama, mempunyai kewajiban mendasarkan usaha dan perbuatanya atas dasar pertimbangan filsafat , yaitu agar setiap usaha, pekerjaan atau ciptaanya tidak tergantung dari awang-awang, tetapi berdasarkan atas kesungguahan mencari pokok kebenaran yang sedalam dalamnya, atau sekurang-kurangyna mereka harus dapat menempatkan dan menghargai aliran-aliran yang berkuasa didunia sekarang sampai pada dasar dan pokoknya yang terkhir, sehingga mereka mempunyai pedoman bagi segala usaha dan perbuatan mereka.

Dari urain di atas jadi kegunaan filsafat filsafat dapat di kelompokkan menjadi guna filsafat secara teoritis dan guna filsafat secara praktis. Guna filsafat secara teoritis yakni, sebagai sumber ilmu lain, membantu dalam membuat definisi, pemersatu ilmu, dan sebagai pemberi penfsiran yang terdalam, sedangkan guna filsafat secara praktis yakni, sebagai pendorong berfikir kritis dan sebagai pembangun hidup kemanusiaan. Menurut’ Salam (1988:24) filsafat mempunyai kegunaan sebagai berikut:
1. Melatih diri untuk berfikir kritis dan runtut serta menyusun hasil pemikiran tersebut secara sistematis.
2. Menambah pandangan dan cakrawala yang lebih luas agar tidak berpikir dan bersikap sempit dan tertutup.
3. Melatih diri melakukan penelitian, pengkajian, dan memutuskan atau mengambil kesimpulan mengenai sesuatu hal secara mendalam dan komperhensif.
4. Menjadikan diri bersikap dinamis dan terbuka menghadapi berbagai problem.
5. Membuat diri menjadi menusia yang penuh toleransi dan tenggang rasa.
6. Menjadi alat yang berguna bagi manusia baik untuk kepentingan pribadi maupun dalam hubungan dengan orang lain.
7. Menyadari kedudukan manusia sebagai makhluk pribadi dalam hubunganya dengan orang lain, alam sekitar, dan Tuhan Yang Maha Esa.
8. Menjadikan manusia lebih taat kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Secara umum guna filsafat, yaitu membawa berfikir logis, runtut dan sisitematis; mengarahkan untuk memiliki wawasan luas; mengarahkan untuk tidak bersikap statis; membantu berfikir secara mendalam; memambah ketakwaan; menjadikan manusia sadar akan kedudukannya.


D. Penutup

Berdasarkan urain di atas, maka dapat disimpulkan bahwa filsafat mempunyai kegunaan baik teoritis maupun praktis. Daya dan upaya manusia untuk memikirkan seluruh kenyataan dengan sedalam-dalamnya itu tidak dapat tiada pasti berpengaruh atas kehidupanya. Hingga dengan sendirinya bagian filsafat yang teoritis akan bermuara pada kehendak dan perbuatan yang praktis yang penting bagi perwujudan dan pembagunan umat manusia ke arah yang lebih baik dalam kehidupannya.


DAFTAR PUSTAKA

S.Takdir Alisjahbana.1981.pembibing Kefilsafatan.Jakarta:Dian Rakyat.
Lasio,Yuwono.1985.Pengantar Ilmu Filsafat.Yogyakarta:Liberty.
Burhanudin Salam.1988.Pengantar Filsafat.Jakarta: PT Bina Aksara.
Soetriono,Rita Hanafie.2007.Filsafat Ilmu Dan Metodologi Penelitian.Yogyakarta:
CV Andi Offset.
Al’aras.2008.Filsafat Ilmu Dan Perkembangannya Di Indonesia.Skripsi.Palembang: Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri Raden Fatah.
Muhammad khofifi.2009.”kegunaan pelajaran filsafat” (http//www.wordpress.com) Diakses pada tanggal 14 Mei 2011 pk.20.30.


Sumber : http://layanan-guru.blogspot.com/2013/02/makalah-ringkas-mengenai-kegunaan.html
LihatTutupKomentar