Pendapat Para Ahli Fiqh Tentang Riba dan Bunga



SYARIAH WIKI Pendapat para ulama ahli fiqh bahwa bunga yang  dikenakan  dalam  transaksi  pinjaman (utang-piutang,  al-qardh;  al-qardh  wa al-iqtiradh)  telah  memenuhi  kriteria  riba yang  diharamkan  Allah  SWT.,  seperti  dikemukakan, antara lain, oleh :

Imam Nawawi dalam Al-Majmu'

Al-Nawawi berkata, al-Mawardi berkata: Sahabat-sahabat kami (ulama mazhab Syafi’i) berbeda  pendapat tentang pengharaman riba yang ditegaskan  oleh al-Qur’an,  atas dua pandangan. Pertama,pengharaman tersebut bersifat mujmal (global) yang dijelaskan oleh sunnah. Setiap hukum tentang  riba  yang  dikemukakan oleh  sunnah adalah  merupakan penjelasan  (bayan)  terhadap kemujmal-an al-Qur’an, baik riba naqd maupun riba nasi’ah. Kedua,bahwa pengharaman  riba dalam  al-Qur’an sesungguhnya hanya mencakup riba nasa’  yang  dikenal  oleh  masyarakat Jahiliah dan  permintaan  tambahan atas harta (piutang)  disebabkan penambahan  masa (pelunasan). Salah  seorang  di  antara  mereka apabila  jatuh  tempo  pembayaran piutangnya dan pihak berutang tidak membayarnya,  ia  menambahkan piutangnya  dan menambahkan  pula masa pembayarannya. Hal seperti itu dilakukan lagi pada saat jatuh tempo berikutnya.  Itulah  maksud firman Allah:  “…  janganlah  kamu  memakan riba  dengan  berlipat  ganda…”. Kemudian sunnah menambahkan riba dalam pertukaran mata uang (naqd) terhadap  bentuk  riba  yang  terdapat dalam al-Qur’an.

 Ibn al-‘Araby dalam Ahkam al-Qur’an

 
Riba  dalam  arti  bahasa  adalah kelebihan  (tambahan).  Sedangkan yang  dimaksud  dengan  riba  dalam al-Qur’an  adalah  setiap  kelebihan (tambahan)  yang  tidak  ada imbalannya.

 Al-‘Aini dalam ‘Umdah al- Qari’


Arti  dasar  riba  adalah  kelebihan (tambahan).  Sedangkan  arti  riba dalam  hukum  Islam  (syara’)  adalah setiap  kelebihan  (tambahan)  pada harta  pokok  tanpa  melalui  akad  jual beli.

 Al-Sarakhsyi dalam Al-Mabsuth 

Riba  adalah  kelebihan  (tambahan) tanpa  imbalan  yang  disyaratkan dalam jual beli.

 Ar-Raghib  al-Isfahani  dalam  AlMufradat fi Gharib al-Qur’an

 Riba  adalah  kelebihan  (tambahan) pada harta pokok.

Muhammad  Ali  al-Shabuni  dalam Rawa-i’ al-Bayan

Riba  adalah  kelebihan  (atas  pokok utang)  yang  diambil  oleh  kreditur (orang yang memberikan utang) dari debitur (orang yang berutang) sebagai imbalan  atas  masa  pembayaran utang.

Muhammad Abu Zahrah dalam Buhuts fi al-Riba

Riba  (yang  dimaksud  dalam)  alQur’an  adalah  riba  (tambahan, bunga)  yang  dipraktikkan  oleh  bank dan  masyarakat;  dan  itu  hukumnya haram, tanpa keraguan.

Yusuf al-Qardhawy dalam Fawa’id alBunuk

Bunga  bank  adalah  riba  yang diharamkan.

Wahbah  al-Zuhaily  dalam Al-Fiqh  alIslamy wa Adillatuh

Bunga  bank  adalah  haram,  haram, haram. Riba atau bunga bank adalah riba nasi’ah,  baik bunga  tersebut rendah  maupun  berganda.  (Hal  itu) karena  kegiatan utama  bank  adalah memberikan  utang  (pinjaman)  dan menerima utang (pinjaman)…Bahaya (madharat)  riba terwujud  sempurna (terdapat secara penuh) dalam bunga bank. Bunga bank hukumnya haram, haram,  haram,  sebagaimana  riba. Dosa  (karena bertransaksi)  bunga sama  dengan  dosa  riba; alasan  lain bahwa bunga bank berstatus  riba adalah firman Allah SWT … Dan jika kamu bertaubat  (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu… (QS. Al-Baqarah [2]: 279)
  
LihatTutupKomentar