Lanjutan Resume Landasan Sosial Budaya

Sumber, Google-Image
Lanjutan >>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Dalam proses sosial terdapat interaksi sosial, yaitu sustu hubungan sosial yang dinamis. Interaksi sosial akan terjadi apabila memenuhi dua syarat sebagai berikut:
1.      Kontak sosial
2.      Komunikasi 
Baik kontak sosial maupun komunikasi dapat menghasilkan interaksi sosial yang positif dan dapat pula negatif. Hal ini bergantung kepada hasil akhir dari interaksi sosial itu.
Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu: Untuk membuka wawasan secara Luas Klik http://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/cobaBK
1.      Kontak antarindividu. Misalnya anak dengan ibu rumah tangga, siswa dengan guru atau siswa dengan siswa di sekolah.sudah tentu kontak-kontak ini memiliki maksud-maksud tersendiri, seperti minta penjelasan sesuatu, bertanya tentang suatu hal, belajar bersama, dan sebagainya.
2.      Kontak antara individu dengan kelompok atau sebaliknya. Contohnya ialah seorang remaja ingin ikut perkumpulan sepak bola, seorang guru mengajar di kelas, pengurus BP3 mendatangi kepala sekolah un tuk keperluan tertentu, dan sebagainya.
3.      Kontak antarkelompok, misalnya rapat orang tua sisiwa dengan guru-guru, dua perkumpulan sosial bernegosiasi untuk mengatasi kenakalan remaja, dua kelompok kesenian merencanakan main bersama disuatu daerah, dan sebagainya.
Komunikasi adalah proses penyampaian pikirandan perasaan seseorang kepada orang lain atau sekelompok orang. Ada sejumlah alat yang dapat dipakai mengadakan komunikasi. Alat-alat yang dimaksud adalah:
1.      Melalui pembicaraan, dengan segala macam nada seperti berbisik-bisik, halus, kasar, dan keras bergantung kepada tujuan pembicaraan dan sifat orang yang berbicara.
2.      Melalui mimik, seperti raut muka, pandangan dan sikap.
3.      Dengan lambang, contohnya ialah bicara isyarat untuk orang-orang tuna rungu, menempelkan telunjuk didepan mulut, menggelengkan kepala, menganggukkan kepala, membentuk huruf O dengan jari tangan, dan sebagainya.
4.      Dengan alat-alat, yaitu alat-alat elektronik, seperti radio, televisi, telepon, dan sejumlah media cetak seperti buku, majalah, surat kabar, brosur, dan sebagainya.
Keempat alat komunikasi itu dapat dipakai dalam pendidikan. Namun perlu dipilih agar cocok dengan materi yang dipelajari anak-anak dan dengan cara mempelajarinya.
Sesudah mempelajari syarat-syarat interaksi sosial, mari kita lihat bentuk-bentuk interaksi sosial itu, yaitu sebagai berikut:
1.      Kerja sama, misalnya kerja sama dalam kelompok belajar pada anak-anak, kerja sama antarguru-guru, guru-guru dengan para orang tua siswa, dan sebagainya.
2.      Akomudasi, ialah usaha untuk meredakan pertentangan, mencari kestabilan, serta kondisi berimbang di antara para anggota. Contohnya ialah hasil kompromi antarsiswa dalam menentukan tujuan daerah karyawisata.
3.      Asimilasi atau akulturasi, ialah usaha mengurangi perbedaan pendapat antaranggota serta usaha meningkatkan persatuan pikiran, sikap, dan tindakan dengan memperhatikan tujuan-tujuan bersama. Demokrasi dalam pendidikan pakaian seragam, dan perlaukuan sama di sekolah adalah upaya memperlancar  asimilasi dalam dunia pendidikan. Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya akulturasi yaitu:
a.       Toleransi
b.      Menghargai kebudayaan orang lain
c.       Sikap terbuka
d.      Demokrasi dalam banyak hal
e.       Ada kepentingan yang sama
4.      Persaingan, sebagai bentuk interaksi sosial yang negatif. Misalnya persaingan untuk mendapatkan nilai akademik tertinggi dan persaingan dalam perbagai perlombaan. Kadang-kadang persaingan dapat juga meningkatkan daya juang seseorang. Namun, persaingan dalam pendidikan lebih banyak negatifnya daripada positifnya.
5.      Pertikaian, adalah proses sosial yang menunjukkan pertentangan atau komflik satu dengan yang lain. Banyak hal yang dapat menimbulkan komflik seperti perbedaan kepentingan, kebudayaan, dan pendapat. Dapat juga disebabkan karena perbedaan tingkat sosial, atau karena rasa iri dan cemburu. Sekolah seharusnya berusaha meniadakan sumber-sumber pertentangan ini.
Kini mari kita lanjutkan dengan pembahasan tentang kelompok sosial. Sebagaimana kita ketahui bahwa manusia itu merupakan suatu individu dan sekligus bagian dari masyarakat. Sebagai suatu individu, ia merupakan satu kesatuan yang utuh serta bersifat unik. Di samping itu ia juga merupakan bagian dari masyarakat, ia merupakan makhluk sosial. Ia selalu mencari orang atau orang-orang lain untuk diajak berteman. Ini membuktikan ia sebagai makhluk sosial.
Kelompok sosial berarti himpunan sejumlah orang, paling sedikit dua orang, yang hidup bersama, karena cita-cita yang sama. Ada beberapa persyaratan untuk terjadinya kelompok sosial, yaitu:
1.      Setiap anggota meiliki kesadaran sebagai bagian dari kelompok.
2.      Ada interaksi atau hubungan timbal balik antara anggota.
3.      Mempunyai tujuan yang sama.
4.      Membentuk norma yang mengatur ikatan kelompok.
5.      Terjadi struktur dalam kelompok yang membentuk peranan dan status sebagai dasar kegiatan dalam kelompok.
Dalam dunia pendidikan kelompok sosial ini bisa berbentuk kelompok personalia sekolah, kelompok guru, kelompok siswa, kelas, subkelas, kelompok belajar di rumah, dan sebagainya.
Dalam kelompok sosial dibedakan antara kelompok primer dan skunder. Kelompok primer akan terjadi manakala hubungan antaranggota cukup erat, kenal, dan akrab satu dengan yang lain. Pada umumnya jumlah anggota kelompok ini kecil, misalnya kelas dan kelompok belajar di rumah. Sedangkan kelompok skunder adalah kelompok yang anggotanya cukup banyak sehingga sering mereka tidak kenal satu dengan yang lainnya. Contoh kelompok skunder adalah doden-dosen suatu perguruan tinggi yang besar, dan beberapa organisasi profesi.
Ada istilah lain yang berhubungan dengan kelompok sosial, yaitu kelompok formal dan kelompok informal. Dikatakan kelompok formal sebab kelompok itu memiliki urutan-urutan yang jelas yang sengaja diciptakan untuk menegakkan kelompok itu. Sebaliknya kelompok informal adalah kelompok yang tidak punya peraturan seperti itu. Mereka berkelompok karena kepentingan yang sama ditempat yang sama. Kelompok-kelompok dalam dunia pendidikan pada umumnya bersifat formal.
Berbeda dengan kelompok-kelompok sosial yang sifatnya terutama adalah kerumunan yang sifatnya tidak teratur. Dalam dunia pendidikan jarang terjadi kerumunan, sebab hampir semua kegiatannya direncanakan sejak awal. Namun hal itu kadang-kadang juga bisa terjadi, seperti ada orang luar yang mencopet di halaman sekolah dan tertangkap, akan mengundang kerumunan anak-anak untuk mengetahuinya.
Setiap kelompok sosial memiliki dinamikanya sendiri-sendiri, yang disebut dinamika kelompok. Dinamika ini bermanfaat bagi setiap kelompok untuk memajukan kelompoknya. Ada dua teori yang dipakai untuk meningkatkan prodiktivitas kelompok sosial, yaitu: (wuraji, 1988 dan sudardja, 1988).
1.      Teori Struktural Fungsional
2.      Teori Konflik
Masing-masing akan dijelaskan pada bagian berikut.
Teori Struktural Fungsional memanfaatkan struktur dan fungsi untuk meningkatkan produktivitas kelompok. Yang dimaksud dengan struktur ialah bagian-bagian kelompok dengan peranan dan posisinya masing-masing. Tiap-tiap bagian itu memiliki fungsi sendiri-sendiri. Bila struktur itu disempurnakan dan fungsinya ditingatkan atau diintensifkan, maka diyakini kerja kelompok akan menjadi lebih baik yang membuat produktivitasnya menjadi meningkat. Teori ini dapat diaplikasikan di sekolah atau di kantor pendidikan dalam rangka meningkatkan prestasi kerja para personalia pendidikan.
Teori konflik menggunakan prinsip-prinsip pemaksaan dalam melakukan perbaikan atau perubahan kelompok sosial. Misalnya agar dosen-dosen beramai-ramai meneruskan ke S2 atau S3, maka diadakan peraturan yang menyatakan dosen paling sedikit tamat S2. Begitu pula dengan pengumuman bagi siswa yang belum melunasi SPP tidak boleh ikut ujian. Sama halnya dengan teori strukturan fungsional, teori inipun kemudian dikembangkan menjadi teori radikal. Artinya perubahan-perubahan dalam kelompok sosial dilakukan secara radikal. Yang memegang kekuasaan melakukan perubahan ialah kelompok kecil yang elit yang ada di kelompok sosial itu.
di samping struktur, fungsi, dan tekanan yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam kelompok, seperti diuraikan di atas, masih ada beberapa faktor yang merupakan kekuatan-kekuatan dalam kelompok yang menimbulkan dinamika kelompok. Kekuatan-kekuatan yang dimaksud adalah:
1.      Tujuan kelompok. Bila tujuan berubah atau sulit dicapai, maka dinamika kelompok akan mucul.
2.      Pembinaan kelompok. Pembinaan berarti membuat sesuatu agar lebih baik atau berubah dari keadaan semula. Hal ini jelas dapat mengganggu kestabilan kelompok.
3.      Rasa persatuan dalam kelompok. Sikap seperti ini biasanyamemberi dorongan untuk meningkatkan aktivitas kelompok. Misalnya ingin menjadi kelompok terbaik.
4.      Iklim kelompok. Iklim atau suasana kelompok yang kondiktif akan membawa ketenangan dan meningkatkan prestasi. Sebaliknya iklim kelompok yang tidak baik, iri dan banyak permusuhan misalnya, akan membuat kelompok menjadi rusak serta menurunkan prestasi.
5.      Efektivitas kelompok. Makin efektif suatu kelompok makin meningkat produktivitasnya.


Berbicara tentang dinamika kelompok, maka perlu diketahui tentang istilah dinamika yang stabil. Dinamika yang baik ialah dinamika yang stabi. Sebab bila suatu kelompok disebut dinamis bisa saja menjurus ke hal-hal yang negatif, seperti menggoyahkan persatuan dan kesatuan, menggoyahkan kepemimpinan, demonstrasi oleh yang tidak sepakat dengan hal-hal yang baru, dan sebagainya. Sebaliknya stabil juga tidak baik, sebab suatu kelompok sosial mencerminkan stasis, mempertahankan status quo, dan anti perubahan. Artinya kelompok ini berusaha maju mengikuti zaman atau mengantisipasi perkembangan ilmu dan teknologi dengan tetap memperhatikan kestabilan kelompok. Wuradji (1988) menyebutkan tiga prinsip yang melandasi kestabilan kelompok, yaitu integritas, ketenangan, dan konsensus.
LihatTutupKomentar