KAMU & HARTAMU MILIK ORANG TUAMU




BELAJAR.NET - Dengan Membaca tulisan ini saya berharap kita Semua Sadar Akan Pengorbanan Orang Tua dalam Membesarkan Kita, dan Kita Berbakti Kpeada Mereka. Seorang pemuda suatu hari bertanya kepada seorang ulama: Pemuda : Wahai syaikh ibuku tinggal menumpang bersamaku di rumahku. Dan terjadi masalah antara beliau dengan istriku ... Syaikh : Ulangi pertanyaanmu Pemuda : Ibuku tinggal menumpang bersamaku di rumahku... Syaikh : Ulangi pertanyaanmu Pemuda : Ibuku tinggal menumpang bersamaku di rumahku ... Syaikh : Ulangi lagi pertanyaanmu Pemuda : Ibuku tinggal menumpang bersamaku ... Syaikh : Ulangi lagi pertanyaanmu Pemuda : Wahai syaikh tolong biarkan aku menyelesaikan dulu pertanyaanku jangan anda potong ... Syaikh : Pertanyaanmu salah, yang benar engkaulah yang hidup menumpang pada ibumu, meski rumah itu milikmu, atas namamu Pemuda : Iya syaikh, kalau demikian selesai sudah permasalahannya... Pelajaran yang dapat diambil: Jangan durhaka wahai anak, jangan durhaka wahai menantu ! Kamu dengan seluruh hartamu adalah milik ibumu. Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakek ayahnya yaitu Abdullah bin ‘Amr bin al ‘Ash, ada seorang yang menemui Nabi lalu mengatakan, “Sesungguhnya ayahku itu mengambil semua hartaku.” Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Engkau dan semua hartamu adalah milik ayahmu.” Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Sesungguhnya anak-anak kalian adalah termasuk jerih payah kalian yang paling berharga. Makanlah sebagian harta mereka.” (HR. Ibnu Majah, no. 2292, dinilai sahih oleh Al-Albani). Semoga ini mengingatkan kita untuk senantiasa menjaga orang tua kita .... "Ya ALLAH ampunilah dosa2ku dan dosa kedua orang tuaku dan curahkanlah Rahmat-Mu untuk keduanya sebgaimana mereka berdua telah mendidik aku ketika aku masih kecil" Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Betapa banyak orang yang mencelakakan anaknya—belahan hatinya—di dunia dan di akhirat karena tidak memberi perhatian dan tidak memberikan pendidikan adab kepada mereka. Orang tua justru membantu si anak menuruti semua keinginan syahwatnya. Ia menyangka bahwa dengan berbuat demikian berarti dia telah memuliakan si anak, padahal sejatinya dia telah menghinakannya. Bahkan, dia beranggapan, ia telah memberikan kasih sayang kepada anak dengan berbuat demikian. Akhirnya, ia pun tidak bisa mengambil manfaat dari keberadaan anaknya. Si anak justru membuat orang tua terluput mendapat bagiannya di dunia dan di akhirat. Apabila engkau meneliti kerusakan yang terjadi pada anak, akan engkau dapati bahwa keumumannya bersumber dari orang tua.” (Tuhfatul Maudud hlm. 351)

LihatTutupKomentar